HIV atau human immunodeficiency virus merupakan penyakit yang menyerang sistem daya tahan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang merusak sel darah putih. Sel darah putih berperan dalam membentuk sistem pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, sehingga ketika sel ini rusak, tubuh akan rentan terhadap infeksi penyakit.

Virus HIV dapat menular melalui cairan tubuh, jarum suntik, dan hubungan seksual yang tidak aman. Nah, sayangnya virus ini juga bisa tertular dari ibu ke anak pada saat persalinan. Ingin tahu lebih lanjut? Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!
HIV/AIDS pada ibu hamil
Penyakit HIV yang tidak dirawat akan berkembang menjadi AIDS. Kesimpulannya, semua orang yang terjangkit AIDS sudah pasti HIV, namun tidak semua penderita HIV terjangkit AIDS. Penyakit ini dapat menyerang siapa pun, baik tua maupun muda.
Jika seorang wanita hamil mengidap HIV, risiko penularan virus pada bayi cukup tinggi. Bayi dapat tertular pada masa kehamilan, persalinan, atau saat masa menyusui. Maka dari itu, dokter umumnya akan memberikan pengobatan berupa antivirus dengan jenis yang berbeda.
Namun, bukan berarti semua bayi yang lahir dari ibu terjangkit HIV pasti tertular ya, Jovians. Telah banyak ibu positif HIV yang berhasil melahirkan bayi sehat dan HIV negatif. Menurut ACOG (American College of Obstetricians and Gynecologists), 99% ibu hamil HIV positif tidak menularkan virus ke bayi mereka. Dengan ibu hamil HIV positif melakukan pemeriksaan kehamilan yang baik, mengikuti anjuran dokter, dan konsumsi obat rutin.
Organisasi amal HIV/AIDS, Avert, mengatakan risiko ibu hamil dengan HIV dapat menularkan virus ke bayinya adalah sebesar 15 – 45%, jika tidak mendapat pengobatan. Namun, jika sang ibu melakukan pengobatan dan pemeriksaan berkala yang baik, risiko hampir dapat dihilangkan selama kehamilan dan menyusui.
Maka dari itu, sebaiknya deteksi dini HIV perlu dilakukan pada masa awal kehamilan. Dengan begitu, virus dapat dideteksi lebih awal dan risiko penularan pada bayi dapat ditekan seminimal mungkin.
Baca juga: Mengenal HIV/AIDS dan Pola Makannya yang Benar
Jenis persalinan aman untuk ibu HIV
Memilih jenis persalinan yang tepat dapat mengurangi risiko bayi tertular HIV. Jenis persalinan yang dipilih dapat dipertimbangkan dengan mengetahui jumlah viral load pada ibu. Viral load adalah jumlah atau banyaknya virus HIV yang ada dalam tubuh.
Jika viral load ibu rendah atau tidak terdeteksi, maka persalinan normal (vaginal birth) tergolong aman untuk dilakukan. Sementara itu, jika ibu memiliki viral load yang tinggi, maka jenis persalinan caesar yang dijadwalkan sebaiknya dilakukan.
Sayangnya, risiko infeksi pada persalinan caesar ibu pengidap HIV cukup tinggi. Karena, biasanya pengidap HIV memiliki kadar sel putih yang rendah atau sedikit. Untuk mengetahui perawatan dan jenis persalinan terbaik untuk ibu HIV, konsultasikan secara berkala pada dokter kandungan kamu.
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan jika ibu ingin mengurangi risiko bayi tertular HIV, seperti dilansir dari AOCG.
- Konsumsi kombinasi obat antivirus HIV sebelum, selama, dan sesudah kehamilan, sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter
- Melakukan persalinan caesar jika hasil pemeriksaan menunjukkan viral load HIV tinggi (>= 1000 kopi/mm3)
- Konsumsi obat anti HIV selama kehamilan dan usai persalinan jika dibutuhkan
- Segera lakukan pemeriksaan HIV setelah bayi lahir, serta diberikan obat profilaksis atau pencegahan yang sesuai dengan anjuran dokter
- Tidak menyusui bayi
Hingga kini, belum ditemukan obat yang dapat mengatasi HIV. Meski viral load rendah atau tidak terdeteksi, jika ibu memiliki akses untuk air bersih dan makanan pengganti yang terjangkau (susu formula), ibu disarankan untuk tidak menyusui si kecil. Hal ini dikarenakan faktor risiko penularan yang tetap ada.
Ibu bisa gunakan susu formula sebagai pengganti ASI, seperti BEBELOVE 1 200 gr – Susu Formula Bayi Usia 0-6 Bulan (Rp32.704). Hanya saja, pastikan penggunaan sufor telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan anjuran dari dokter.
Baca juga: Bumil Wajib Tahu, Kenali Tanda-tanda Melahirkan Sudah Dekat Ini
Perawatan HIV pada ibu hamil
Apakah obat antivirus HIV aman dikonsumsi bagi ibu hamil? Kebanyakan obat anti HIV aman dikonsumsi bagi ibu hamil. Kamu bisa mengetahui kelebihan dan risiko obat HIV yang dikonsumsi selama kehamilan dengan dokter kandungan.
Umumnya, ibu hamil dengan HIV dapat mengonsumsi obat HIV yang sama dengan yang direkomendasikan untuk orang tidak hamil. Dengan catatan, tidak ada efek samping yang membahayakan bayi.
Ibu hamil yang konsumsi obat HIV juga mungkin akan alami beberapa efek samping, seperti:
- Mual
- Diare
- Sakit kepala
- Nyeri otot
Sejumlah efek samping yang jarang terjadi juga termasuk:
- Anemia
- Kerusakan hati
- Masalah tulang
Menurut National Institute of Health (NIH), semua ibu hamil yang HIV-positif harus minum obat HIV sesegera mungkin selama kehamilan. Beberapa obat HIV mungkin tidak cocok dan menimbulkan efek pada janin. Oleh sebab itu, dokter akan mempertimbangkan efek samping, interaksi obat, dan data kondisi kehamilan kamu sebelum meresepkan obat.
Demikianlah penjelasan mengenai jenis kehamilan aman untuk ibu HIV. Simak informasi seputar kesehatan lainnya hanya di Jovee, pusat vitamin harian personalmu. Follow juga media sosial Jovee, @jovee.id di Instagram dan Tiktok untuk dapatkan promo menarik dan informasi kesehatan lainnya.