Diare adalah salah satu penyakit pencernaan yang umum terjadi pada anak bayi dan balita. Orang tua seringkali langsung cemas dan panik saat melihat si kecil rewel dan BAB-nya encer terus. Sebagian besar diare pada anak balita disebabkan oleh infeksi virus. Penyebab lainnya adalah infeksi bakteri dan parasit. Tapi sebetulnya, kondisi yang menjadi pemicu utama diare pada anak akibat infeksi ini adalah kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk. Penyakit ini pun bisa disebabkan oleh beberapa hal lain, apa saja?
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan diare pada anak
Sejumlah hal di bawah ini turut memengaruhi masalah diare pada anak, antara lain:
1. Kebersihan diri dan sanitasi yang buruk
Anak kecil cenderung lebih rentan mengalami mencret karena kesadaran diri akan kebersihan dan higiene mereka memang belum cukup terlatih.
Anak-anak suka sekali memasukkan tangannya, dan benda-benda asing lain, ke dalam mulut. Padahal, mereka sangat aktif menggunakan tangannya untuk berbagai aktivitas, termasuk bermain dan makan. Kemungkinan besar, kuman penyebab diare masuk ke dalam tubuh anak lewat tangannya yang kotor.
Ketika anak memasukkan tangan atau mengisap jarinya dan memasukkan benda-benda asing ke dalam mulut, kuman yang ada di permukaan tangan atau benda tersebut dapat berpindah ke dalam tubuh.
Tangan manusia memang menjadi rumah bagi ratusan hingga ribuan kuman penyebab penyakit, termasuk diare. Beberapa bakteri yang bisa menyebabkan diare adalah:
- Campylobacter,
- Salmonella,
- Shigella, dan
- Escherichia coli.
Sementara itu, jenis virus yang turut menyebabkan diare umumnya ialah rotavirus. Parasit bernama Giardiasis juga dapat menginfeksi pencernaan dan mengakibatkan mencret. Patogen berbahaya penyebab diare ini akan lebih mudah menginfeksi jika sistem imun seseorang lemah, seperti pada anak-anak.
2. Keracunan makanan
Tanda bahwa diare pada anak disebabkan karena keracunan makanan ialah mencret disertai dengan muntah-muntah beberapa jam setelah makan makanan tertentu.
Diare sangat mudah menyerang anak lewat makanan atau minuman yang telah tercemar oleh kuman. Patogen ini juga dapat masuk ke dalam tubuh jika anak mengonsumsi makanan yang belum matang seluruhnya.
Perpindahan kuman penyebab diare pada bayi dan anak bisa saja terjadi pada proses produksi, pengolahan, serta penyajian makanan. Risiko masuknya kuman penyebab diare juga mungkin terjadi saat orang tua dan pengasuh menyuapi si kecil dengan tangan, tapi tidak cuci tangan dulu.
Diare akibat keracunan makanan biasanya dapat sembuh sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam.
3. Alergi terhadap makanan
Sejumlah makanan tertentu dapat menyebabkan diare pada anak balita, dan muntah-muntah. Adapun bahan makanan yang paling sering menyebabkan reaksi alergi pada anak, diantaranya adalah:
- Susu dan produk olahannya, termasuk keju, mentega, krim susu, dan es krim
- Telur
- Kacang-kacangan, termasuk kedelai
- Gandum
Bayi yang masih disusui ASI juga bisa mengalami mencret-mencret akibat alergi. Reaksi alergi pada bayi tersebut dapat disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi si ibu. Protein dari makanan yang ibu makan itu akan terserap ke dalam air susu dan akhirnya masuk ke dalam tubuh bayi.
Baca juga: Daftar Pemicu Alergi pada Anak Beserta Pencegahannya
4. Obat-obatan tertentu
Obat antibiotik dan obat pencahar dapat memicu efek samping tertentu yang menyebabkan diare pada anak. Sebuah penelitian yang menyatakan bahwa mengonsumsi obat antibiotik sembarangan bisa berdampak terhadap diare. Hal tersebut dikarenakan antibiotik malah membunuh koloni bakteri baik di dalam usus.
Jadi, jika diare pada si kecil disebabkan oleh antibiotik, segera hubungi dokter. Jangan langsung menghentikan pemakaian atau mengurangi dosisnya sendiri karena dikhawatirkan berakibat buruk pada kesehatan anak di kemudian hari.
5. Masalah kesehatan tertentu
Beberapa gangguan pencernaan seperti irritable bowel syndrome, penyakit Crohn, dan Celiac juga merupakan faktor penyebab anak mengalami diare. Untuk memastikan apakah diare disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu, bawalah anak ke dokter.
Tanda dan gejala diare pada anak
Gejala diare pada anak kecil umumnya terlihat dari frekuensi BAB yang lebih sering dengan tekstur feses yang lembek atau cair. Anda pun harus memerhatikan gejala dan keluhan lain yang menyertai diare pada anak 2 tahun, lebih tepatnya balita, misalnya:
- Kram atau sakit perut
- Kembung
- Mual dan ingin muntah
- Bolak-balik buang air besar
- Demam
- Terlihat lesu dan lelah
- Nafsu makan berkurang
Sedangkan, gejala diare pada bayi dapat berupa:
- Rewel dan terus-menerus menangis tetapi tidak terlihat air mata
- Popoknya jarang basah, artinya frekuensi buang air kecil bayi berkurang dari biasanya
- Mulutnya kering
- Selalu mengantuk dan tampak lesu
- Kulitnya tidak sekenyal biasanya
Salah satu tim dokter Jovee, dr. Irma Lidia mengatakan, “Dehidrasi adalah salah satu komplikasi diare yang paling mengkhawatirkan pada anak-anak. Pada diare ringan biasanya tidak menyebabkan kehilangan cairan yang signifikan, tetapi diare sedang atau berat bisa. Dehidrasi berat berbahaya, bisa menyebabkan kejang, kerusakan otak, bahkan kematian. Ini harus segera mendapatkan pertolongan.”
Cara mengatasi diare pada anak di rumah
Gejala diare bisa hilang dengan sendirinya dalam waktu 1 sampai 2 hari. Namun, diare bisa menyebabkan kematian jika sudah parah. Oleh karena itu, Anda tidak boleh menyepelekan penyakit ini. Atasi diare pada anak dengan:
- Meningkatkan frekuensi menyusu untuk menggantikan cairan tubuh anak yang hilang, untuk bayi usia < 6 bulan yang masih diberikan ASI.
- Menggantikan mineral natrium, kalium, dan nutrisi lain yang turut hilang dengan memberikan cairan elektrolit, selain air putih, sebagai pertolongan pertama untuk anak > 6 bulan.
- Memberikan obat zinc atau antibiotik yang bisa dibeli di apotek guna membantu mengurangi keparahan dan mencegah kambuhnya diare.
- Memberikan makanan berkuah, lembut dan mudah dicerna serta hindari pemberian makanan berserat, kecuali untuk bayi usia < 6 bulan. Jangan berikan bayi tersebut makanan dan minuman selain ASI.
Untuk anak-anak berusia > 6 bulan, Anda bisa memberikan mereka menu MPASI berupa bubur pisang, bubur nasi dengan campuran telur, ayam, ikan, dan wortel.
Baca juga: Pisang Adalah Makanan Pendamping ASI yang Bagus untuk Bayi, Mengapa?
Cara mengatasi diare pada anak lainnya yang mungkin juga perlu dilakukan oleh ibu menyusui yaitu menyesuaikan asupan makan mereka. Tujuannya adalah mencegah alergi yang bisa memicu diare pada bayi. Hindari dulu makanan yang pedas, asam, dan berminyak.
Risiko diare pada anak sebenarnya bisa dicegah dengan cara:
- Membiasakan cuci tangan dengan air bersih dan sabun
- Menjaga kebersihan lingkungan rumah, terutama kamar mandi, wastafel, dan toilet
- Mencuci buah dan sayuran sebelum diolah dan dimakan
- Memasak makanan sampai benar-benar matang
- Selalu memberikan anak air putih yang matang dan bersih
Baca juga: Cara Mudah Mengobati Diare di Rumah
Itulah informasi terkait penyebab, gejala, dan cara mengatasi diare pada anak. Anda tidak sepatutnya menyepelekan gejala diare yang muncul pada balita karena bisa mengarah pada kondisi dehidrasi. Segera atasi diare dengan melakukan cara-cara di atas. Jagalah kebersihan diri dan anak Anda supaya terhindar dari diare di kemudian hari.
Tetap bantu jaga kesehatan anak dengan memberikan suplemen kesehatan seperti Blackmores Koala Kids Body Shield – Suplemen Multivitamin Tablet Hisap Rasa Jeruk – Daya Tahan Tubuh Anak (Rp 286.364). Blackmores kids ini mengandung vitaminyang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan juga mineral zinc yang dapat mencegah kambuhnya diare.
Ingin mengetahui informasi kesehatan terpercaya? Daftarkan email anda di Ngovee. Untuk mendapatkan suplemen dan vitamin spesial buat anda, unduh aplikasi Jovee. Tersedia melalui Google Play Store maupun App Store. Dapatkan vitamin terbaik hanya dari Jovee.
Ditulis oleh: Alifia Daariy