Fluktuasi hormon pada masa kehamilan memang buat bumil jadi lebih sensitif. Namun, jika hal ini terjadi terus menerus, bisa saja bumil sedang alami depresi, lho. Lalu, bagaimana cara membedakan mood swing biasa dan gejala depresi pada bumil? Di artikel berikut, Jovee akan menjelaskan gejala, penyebab, dan cara mengatasi depresi saat hamil. Yuk, simak selengkapnya!
Depresi saat hamil
Depresi adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan kesedihan terus menerus. Sering kali, kondisi ini membuat penderita kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulunya mereka senangi atau sukai.
Menurut Verywell Mind, depresi dapat mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bersikap. Kemudian, hal ini akan menggangu kemampuan seseorang untuk berfungsi dan beraktifitas sehari-hari. Gejala depresi yang muncul berbeda pada setiap orang, dan dapat menyerang siapa saja.
Risiko depresi pada bumil yang paling dikenali adalah postpartum depression. Postpartum depression atau juga dikenal dengan baby blues biasanya muncul pada minggu pertama atau kedua setelah melahirkan. Namun, tahukah kamu ibu juga bisa alami depresi saat hamil?
Dilansir dari Mayo Clinic, penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 7 persen wanita mengalami depresi pada masa kehamilan. Terlebih lagi, depresi terjadi dua kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Sering kali gejala depresi saat hamil tidak disadari, karena gejalanya yang mirip dengan efek kehamilan biasa.
Saat hamil, perubahan besar pada tubuh dan efek kehamilan dapat memicu depresi pada beberapa wanita. Jika bumil pernah mengalami depresi sebelumnya, risiko depresi saat hamil dapat meningkat. Depresi saat hamil juga meningkatkan potensi postpartum depression usai melahirkan.
Risiko dan gejala depresi saat hamil
Selama kehamilan, perubahan hormon bisa membuat bumil mengalami perubahan emosi yang signifikan. Meski ini merupakan hal yang normal, bumil perlu menyadari beberapa gejala berikut, yang menjadi indikasi gejala depresi.Gejala depresi saat hamil meliputi:
- Memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup (suicidal thought)
- Merasa sedih dan terkean sepanjang hari, selama 2 minggu terakhir
- Merasa putus asa, bersalah, dan tidak berharga
- Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
- Kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari, selama 2 minggu terakhir
- Sering menangis
- Sulit tidur
- Kelelahan dan tidak berenergi
- Perubahan nafsu makan
- Terus merasa cemas dan gelisah
Selain itu, sejumlah kondisi bumil berikut dinilai lebih rentan untuk alami kondisi ini.
- Stres
- Pernah mengalami depresi sebelumnya
- Lingkungan tinggal yang tidak suportif
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Kekerasan yang dilakukan pasangan
- Tinggal seorang diri
- Usia muda
- Merokok dan konsumsi alkohol
- Penyakit sistem imun
Efek depresi pada kehamilan
Apakah depresi saat hamil mempengaruhi perkembangan janin? Depresi pada masa kehamilan bukan berarti perkembangan bayi jadi tidak sehat. Banyak kok, bumil yang memiliki kehamilan sehat meski mengalami depresi. Hanya saja, penelitian mengatakan bahwa depresi saat hamil dapat meningkatkan sejumlah risiko, seperti:
- Postpartum depression (depresi pasca persalinan)
- Kelahiran prematur
- Berat badan lahir rendah
- Masalah perilaku pada bayi
- Perubahan pada perkembangan otak bayi
Makanya, segera lakukan konsultasi pada tenaga kesehatan mental profesional jika bumil merasa kewalahan dengan kehamilan yang dijalani, ya. Dengan kemajuan teknologi saat ini, bumil bisa manfaatkan konsultasi via online, lho. Selain itu, terdapat juga pilihan biaya konsultasi yang beragam, sehingga bisa disesuaikan dengan budget bumil.
Cara mengatasi
Depresi saat kehamilan dapat diobati dengan terapi dan obat antidepresan. Selain pengobatan, sejumlah aktivitas lain seperti olahraga dan terapi kelompok juga bisa dilakukan untuk mengurangi gejala.
Olahraga
Olahraga membantu meringankan depresi dengan melepaskan neurotransmiter dan endorfin di otak. Ketika dilepaskan, kedua senyawa ini dapat meningkatkan suasana hati.
Akupuntur
Baru-baru ini, para peneliti menemukan bahwa akupuntur dapat meringankan gejala depresi. Studi tahun 2010 dari Stanford School of Medicine menyimpulkan akupuntur dapat mengurangi gejala depresi pada wanita hamil. Jenis akupuntur ini menargerkan titik-titik akupuntur yang terkait untuk meredakan depresi.
Psikoterapi
Cara ini telah digunakan sejak lama untuk mengobati depresi. Psikoterapi yang dilakukan termasuk terapi interprasonal dan terapi kognitif perilaku.
Terapi kelompok
Terapi kelompok secara konsisten telah terbukti mengurangi gejala dan meningkatkan suasana hati orang-orang yang mengalami depresi. Disertai dengan dukungan keluarga dan pasangan, terapi kelompok mungkin cukup untuk mengelola depresi saat hamil pada wanita.
Selain cara di atas, memenuhi asupan nutrisi yang cukup juga dapat menurunkan risiko depresi. Makanan yang tinggi asam folat dan vitamin B kompleks dapat mengurangi stres, karena berperan dalam produksi senyawa otak yang mempengaruhi suasana hati. Maka dari itu, defisiensi vitamin B dan asam folat sering dikaitkan dengan depresi.
Sebagai tindakan preventif, bumil dapat konsumsi suplemen kehamilan seperti Blackmores Pregancy I-Folic (Rp180.800), suplemen tinggi asam folat dan yodium untuk masa kehamilan.
Demikianlah penjelasan lengkap mengenai depresi saat hamil. Jangan ragu untuk melakukan konsultasi jika dirasa mengalami depresi ya, Bumil. Ibu yang sehat tentunya juga berdampak pada kesejahteraan dan perkembangan si Kecil yang optimal. Ingin tahu informasi kehamilan lainnya? Simak selengkapnya di Jovee, pusat vitamin harian personalmu.