Masa kanak-kanak, terutama di usia 6 tahun pertama, merupakan waktu yang penting untuk tumbuh kembang, serta pembentukan kepribadian. Mengingat pentingnya masa tersebut, sudah sepantasnya anak mendapatkan perlakuan yang baik, termasuk kebutuhan dan hak-haknya. Kekerasan anak adalah contoh dari pelanggaran hak asasi manusia. Dampak kekerasan pada anak bisa mendatangkan trauma yang berkepanjangan sampai usia dewasa. Akibatnya, anak tidak bisa menikmati masa kecilnya meski telah mendapatkan pertolongan yang tepat.

Efek negatif kekerasan terhadap kesehatan anak
Bentuk kekerasan sendiri ada bermacam-macam. Mulai dari kekerasan fisik, seksual, psikologis, verbal, eksploitasi, penjualan anak, hingga penelantaran atau pengabaian terhadap kesejahteraannya. Contoh kekerasan ekonomi atau eksploitasi ialah prostitusi anak serta mempekerjakan anak di bawah umur dengan motif uang.
Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA), sejak 1 Januari – 19 Juni 2020 telah terjadi 3.087 kasus kekerasan terhadap anak. Sebanyak 852 diantaranya berupa kekerasan fisik, 768 kasus kekerasan psikis, dan 1.848 sisanya merupakan kasus kekerasan seksual.
Karena bentuknya bermacam-macam, dampak dari kekerasan pada anak pun tidak cuma luka fisik saja. Anak korban kekerasan juga akan mendapatkan luka emosional, perilakunya jadi menyimpang, dan fungsi otaknya menurun. Berikut ini adalah akibat kekerasan terhadap kesehatan si kecil, antara lain:
1. Tumbuh kembangnya terganggu
Perkembangan otak yang optimal terjadi pada masa kanak-kanak. Di masa ini, otak berkembang dengan sangat cepat. Kekerasan berulang dan tekanan mental yang berat dapat memengaruhi respons stres otak menjadi lebih reaktif dan kurang adaptif.
Efek negatif dari kekerasan pada anak juga dapat berupa terganggunya perkembangan otak serta strukturnya. Hal ini mengakibatkan penurunan fungsi otak di bagian tertentu, yang bisa berujung pada penurunan prestasi akademik dan gangguan kesehatan mental pada saat dewasa.
Disamping itu, kekerasan pun bisa menyebabkan beberapa hal berikut ini:
- Gangguan penglihatan, pendengaran, serta berbahasa yang spesifik
- Peningkatan risiko penyakit kronis: obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi, asma, penyakit jantung koroner, stroke, kanker, serta hati
- Penyalahgunaan obat-obatan, ketergantungan alkohol dan kebiasaan merokok
2. Risiko depresi dan masalah kesehatan mental lainnya meningkat
Anak-anak yang dianiaya cenderung kurang PD dan kesulitan memercayai orang lain ketika beranjak dewasa. Mereka juga mungkin tidak bisa mengungkapkan perasaannya, sehingga mengalami gangguan dalam mengendalikan emosi. Trauma psikis terhadap kekerasan merupakan salah satu faktor risiko dari gangguan kecemasan dan depresi kronis.
Sejumlah dampak kekerasan anak pada kesehatan mental yang mungkin berlanjut hingga dewasa, meliputi:
- Gangguan kecemasan dan depresi
- Sulit berinteraksi dengan orang lain hingga isolasi dan menarik diri dari lingkungan sosial
- Kilas balik trauma (PTSD)
- Kesulitan fokus
- Insomnia dan bermimpi buruk
- Gangguan makan
- Tidak nyaman dengan sentuhan fisik
- Kecenderungan melukai diri sendiri (self-harm)
- Usaha bunuh diri (suicide attempt)
- Lebih sering sedih atau marah
- Menyalahkan diri sendiri dan beranggapan bahwa ia pantas mendapatkannya
- Sulit mempertahankan hubungan, misalnya mudah cemburu, merasa curiga, dan takut menjalin hubungan, bahkan kegagalan dalam pernikahan
- Menjadi pelaku kekerasan dan perundung
Tim dokter Jovee, dr. Irma Lidia mengatakan, “Menurut penelitian, anak-anak yang mengalami kekerasan mempunyai faktor risiko depresi, kecemasan, dan gangguan kejiwaan yang lebih tinggi saat masa dewasa. Suatu riset lain juga menemukan orang dewasa yang pernah dianiaya dan diperlakukan kasar waktu kecil, memiliki prevalensi percobaan bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah.”
3. Tubuhnya mengalami luka-luka
Luka fisik mungkin merupakan dampak kekerasan pada anak yang lebih mudah terlihat dan dikenali. Meski tanda kekerasan fisik yang terlihat tidak selalu berarti seorang anak menderita penganiayaan, mengidentifikasinya jadi penting untuk menentukan langkah selanjutnya. Beberapa tanda kekerasan fisik tersebut dapat berupa:
- Memar dan bengkak
- Keseleo atau patah tulang
- Luka bakar
- Sulit berjalan atau duduk
- Perdarahan organ dalam
- Penyakit menular seksual
Seringnya, anak-anak tidak memberi tahu siapapun dan cenderung menutup-nutupi kekerasan yang dilakukan terhadapnya. Mungkin mereka merasa takut tidak ada orang yang akan percaya padanya, atau malah menyalahkannya. Mereka pun khawatir jika pelaku mengetahuinya, ia akan dianiaya lebih parah.
Efek kekerasan terhadap anak akan menyebabkan dampak yang berkepanjangan, meski kejadian traumatis tersebut sudah berlalu. Karenanya, mereka perlu mendapatkan pertolongan dan penanganan yang sesuai dari psikolog atau psikiater. Walaupun begitu, trauma yang diakibatkan penganiayaan sejak kecil tidak akan hilang begitu mudah. Anak-anak atau orang korban kekerasan membutuhkan support dari orang-orang sekitarnya, terutama keluarga.
Mari jaga kesehatan anak dengan mengonsumsi Gizidat (mulai dari 50ribu). Gizidat adalah suplemen dari madu hitam alami dan ekstrak ikan sidat yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan anak dan meningkatkan nafsu makan.
Orangtua juga bisa memberikan Blackmores Kids Fruity Fishies (Rp185.682). Blackmores Kids Fruity Fishies adalah suplemen dari Omega 3, EPA, DHA dan Vitamin E yang dapat membantu perkembangan otak dan proses belajar anak
Ingin mengetahui informasi kesehatan terpercaya? Simak selengkapnya di Jovee. Untuk mendapatkan suplemen dan vitamin spesial buat anda, unduh aplikasi Jovee. Tersedia melalui Google Play Store maupun App Store. Dapatkan vitamin terbaik hanya dari Jovee.