Apakah kamu pernah mendengar istilah chinese restaurant syndrome? Istilah ini mendefinisikan munculnya gejala tertentu akibat dari MSG (monosodium glutamat) yang sering ditambahkan dalam makanan di restoran Cina. Dari mana asal mula dan apa saja gejalanya? Berikut penjelasan lengkap mengenai chinese restaurant syndrome yang telah Jovee rangkum dari berbagai sumber. Yuk, simak selengkapnya!
Apa itu chinese restaurant syndrome?
Merriam-Webster, salah satu kamus online di Amerika paling besar untuk pencarian definisi, arti, dan pengucapan dalam bahasa Inggris menambahkan kata ‘Chinese Restaurant Syndrome‘ atau sindrom restoran cina pada kamusnya pada tahun 1993. Definisi ini menggambarkan gejala yang dirasakan orang-orang setelah mengonsumsi makanan mengandung MSG di restoran Cina.
Meski kurangnya bukti ilmiah yang mendukung efek MSG, MSG selama bertahun-tahun dikenal sebagai penyedap makanan tidak sehat yang paling sering ditemukan dalam berbagai menu di makanan restoran Cina.
Dilansir dari Sonora.id, dr. Sania juga menjelaskan bahwa penggunaan MSG sebenarnya aman dan tidak menimbulkan gejala, kecuali pada orang yang cukup sensitif terhadap MSG.
“Sebetulnya micin itu sepanjang dimakan dalam jumlah yang tidak berlebihan, itu tidak apa-apa, boleh dan tidak menyebabkan pusing,” ucapnya.
Ia juga menambahkan, “Tapi pada sekelompok orang, di mana tubuhnya itu begitu sensitif, sehingga pada saat masuk micin atau masuk micin yang terlalu banyak, bisa timbul keluhan-keluhan. Ini yang biasanya disebut Chinese restaurant syndrome atau MSG syndrome.”
Apa itu MSG?
MSG atau monosodium glutamat adalah garam natrium yang berasal dari fermentasi asam amino glutamat. Sebenarnya, MSG secara alami banyak ditemukan dalam bahan-bahan makanan, seperti rumput laut (nori), tomat dan keju. Mampu menyeimbangkan rasa dalam makanan, MSG sering digunakan sebagai penyedap makanan karena dapat berikan rasa gurih yang kompleks.
Sejak dulu, MSG telah banyak digunakan dalam makanan. MSG dipatenkan pada tahun 1909 oleh ahli kimia Jepang, Kikunae Ikeda, yang memberi nama penemuannya ‘esensi rasa’ untuk menggambarkan rasanya yang tak telukiskan. Menurut FDA, perdebatan tentang kesehatan MSG mulai diperdebatkan pada tahun 1968, setelah seorang pria menulis surat kepada New England Journal of Medicine, mengeluhkan gejala mati rasa setelah makan di restoran Cina.
Dari sanalah mulai muncul istilah chinese restaurant syndrome, sensasi terbakar, sakit kepala, dan nyeri dada setelah konsumsi makanan di restoran Cina. Perlu diingat bahwa hal ini tidak benar ya, Jovians. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa MSG merupakan bahan yang berbahaya.
Gejala chinese restaurant syndrome
Pada sebagian orang yang sensitif, mengonsumsi terlalu banyak MSG mungkin akan menimbulkan sejumlah gejala, di antaranya:
- Sakit kepala
- Mual
- Nyeri dada
- Sakit perut
- Diare
- Tekanan pada wajah
- Kesemutan
- Jantung berdebar
Pengobatan sindrom ini tergantung pada keparahan gejala yang muncul. Tapi tak perlu khawatir, gejala-gejala ini biasanya ringan dan tidak memerlukan pengobatan tertentu. Kamu bisa konsumsi banyak air putih untuk mengurangi gejala, atau konsumsi obat OTC seperti aspirin untuk mengobati sakit kepala.
Tentunya, segala hal yang berlebihan biasanya berefek buruk pada tubuh. Meski tergolong aman, sebaiknya batasi konsumsi MSG sebanyak 3 gram perhari, dengan rata-rata setiap makanan setidaknya hanya mengandung 0,5 gram MSG.
Jika kamu alami gejala yang cukup parah, bisa jadi kamu alami reaksi alergi. Beberapa gejala parah tersebut meliputi susah benapas dan bengkak pada wajah atau tenggorokan. Apabila merasa sangat tidak nyaman, sebaiknya segera kunjungi unit kesehatan terdekat untuk dapatkan penanganan yang tepat.
Cara mencegah chinese restaurant syndrome
Pengenalan diri yang baik penting untuk mengetahui apakah kamu sensitif terhadap MSG. Jika kamu sensitif terhadap MSG, cara terbaik untuk mencegah sindrom ini adalah dengan menghindari semua makanan yang mengandung MSG dalam jumlah besar. Bacalah informasi nilai gizi pada makanan untuk membatasi asupan MSG harian kamu.
Hal ini juga disarankan oleh dr. Santi, “Sebaiknya membatasi atau menghindari si micin itu, tapi biasanya keluhan yang muncul setelah konsumsi micin bukan pusing, tetapi sakit kepala.”
Biasanya, makanan olahan punya kadar MSG yang cukup tinggi, seperti daging kaleng, sosis, sayuran kaleng, snack keripik kentang, serta sup dan kaldu. Tak hanya itu, kamu juga perlu mewaspadai makanan yang mengandung MSG alami yang sering ditemukan pada makanan tinggi protein, seperti keju, jamur, kecap, jus anggur, tomat, kedelai, kaldu tulang, hingga daging yang diawetkan.
Demikianlah penjelasan lengkap mengenai chinese restaurant syndrome yang perlu kamu ketahui. Simak informasi seputar penyakit dan kesehatan lainnya hanya di Jovee. Temukan juga berbagai suplemen kesehatan terbaik seperti Blackmores, Wellness, dan lainnya, lebih hemat dan gratis ongkir se-Indonesia hanya di Jovee, pusat suplemen dan vitamin personalmu.