Beberapa waktu yang lalu, kita dikejutkan dengan berita bahwa vaksin corona AstraZeneca menunjukkan adanya efek samping berupa pembekuan darah. Hal ini tentu membuat banyak orang khawatir, khususnya negara-negara yang berencana melakukan vaksinasi dengan vaksin tersebut, tidak terkecuali dengan Indonesia. Lalu, apa itu vaksin corona AstraZeneca?
Mengenal Apa Itu Vaksin Corona AstraZeneca
Beberapa waktu yang lalu, vaksin covid bernama AstraZeneca sempat dihentikan penggunaannya setelah adanya temuan kelainan pembekuan darah pada orang yang menerima vaksinasi tersebut.
Beberapa negara seperti Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol termasuk dalam negara yang menahan penggunaan vaksin tersebut. Sedangkan, Indonesia masih menunggu kajian dari BPOM meski vaksin AstraZeneca yang diterima dinyatakan berbeda karena didapat dari COVAX Facility yang diproduksi di Korea Selatan.
Vaksin AstraZeneca sendiri adalah vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan pembuat obat asal Swedia-Inggris yang bekerja sama dengan Universitas Oxford. Suplai awal dari vaksin ini didatangkan dari Jerman dan Belgia. Sedangkan WHO mendata dua versi dari vaksin tersebut. Satunya diproduksi AstraZeneca-SKBio (Republik Korea) dan Serum Institute of India.
Vaksin AstraZeneca dibuat dari adenovirus simpanse. Ini merupakan versi virus flu biasa yang telah dilemahkan dan dimodifikasi sedemikian rupa untuk membawa struktur coronavirus (protein spike dari coronavirus). Walau begitu, komponen ini tidak menyebabkan penyakit.
Cara Kerja, Efikasi, dan Dosis Vaksin AstraZeneca
Cara kerja: Begitu vaksin disuntikkan, ia akan bekerja dengan cara mengajarkan sistem imun tubuh cara untuk melawan virus yang sebenarnya. Dalam prosesnya, vaksin yang telah disuntikkan akan bekerja dengan cara:
- Masuk ke dalam sel dan setelahnya memulai produksi protein spike atau protein S, sebagai rekayasa dari struktur coronavirus.
- Dalam kaitannya dengan struktur coronavirus, protein S yang terletak di permukaan virus tersebut punya peran dalam penetrasi sel inang dan memicu terjadinya infeksi.
- Tubuh akan mendeteksi protein S tersebut lalu memproduksi antibodi dan mengaktifkan sel T guna menghancurkan sel-sel yang terkena protein S.
- Antibodi yang telah mempelajari cara melawan rekayasa virus tersebut nantinya dapat menangkap coronavirus yang sebenarnya jika orang yang telah divaksinasi terjangkit virus tersebut. Tubuhnya kemudian akan memicu antibodi dan sel T guna membasminya.
Kelebihan dari vaksin lain: Yang menjadi kelebihan dari vaksin ini adalah penyimpanannya yang tidak memerlukan temperatur dingin seperti vaksin lainnya. Hal ini tentu membuatnya jadi lebih murah dan mudah untuk didistribusikan.
Tingkat efikasi: Berdasarkan laman WHO, tingkat efikasi (keberhasilan) vaksin AstraZeneca AZD1222 melawan infeksi SARS-CoV-2 atau coronavirus ialah 63,09%. Intervals dosis yang panjang, antara 8 sampai 12 minggu, dikaitkan dengan tingkat efikasi yang lebih tinggi.
Dosis yang dianjurkan: Rekomendasi dosis vaksin AstraZeneca adalah pemberian dua kali suntikan ke dalam otot (intramuskuler), masing-masing sebanyak 0,5 ml.
Vaksin Corona AstraZeneca untuk Lansia
Meski awalnya beberapa negara Eropa menyatakan pemberian vaksin AstraZeneca dibatasi untuk usia 18-64 tahun, Badan Pengawas Obat Uni Eropa (EMA) kemudian menyebutkan bila vaksin dapat digunakan oleh semua kalangan, tidak terkecuali para lansia. Studi awal terhadap vaksin tersebut juga mengemukakan bila orang dengan usia muda maupun lebih tua memiliki respon imun yang sama kuatnya terhadap vaksin tersebut.
Kasus Pembekuan Darah dari Vaksin AstraZeneca
Setidaknya sudah ada 18 negara yang menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca setelah kasus pertama tentang efek pembekuan darah yang dilaporkan di Austria. Setelahnya, Denmark menahan pemberian vaksin asal Swedia-Inggris tersebut, disusul negara-negara Eropa dan Britania Raya lainnya serta negara lainnya, seperti Thailand, Venezuela, dan Indonesia.
Pihak berwenang Austria melaporkan pada 7 Maret lalu telah terjadi kasus kematian akibat kelainan koagulasi berat pada wanita berusia 49 tahun setelah dirinya mendapat suntikan vaksin tersebut. Kasus lainnya juga ditemukan pada seorang berusia 35 tahun yang mendapati perkembangan pembekuan darah di paru-parunya. Meski begitu, pada akhirnya ia berhasil pulih. Kedua orang tersebut juga dikabarkan menerima vaksin dari batch yang sama.
Walau mengkhawatirkannya temuan seputar efek dari vaksin tersebut, pihak EMA menjelaskan bila “tidak ada indikasi” bila vaksin tersebut yang menyebabkan pembekuan darah. Pihak WHO juga mengatakan belum menemukan adanya kaitan antara vaksin dan efek koagulasi tersebut, dan menyebutkan bila penyuntikan masih dapat dilanjutkan.
Ketua Petugas Medis AstraZeneca Ann Taylor mengemukakan bila jumlah dari kasus pembekuan darah yang dilaporkan dari pemberian yang telah dilakukan pada 17 juta orang di Eropa dan Britania Raya masih tergolong rendah dibandingkan ratusan kasus yang diharapkan dari populasi umum. Ia juga menambahkan bila tidak ada temuan adanya peningkatan pendarahan pada lebih dari enam puluh partisipan pada uji coba vaksin tersebut.
Berdasarkan laman CNN, Indonesia sendiri telah merencanakan pemberian 1,1 juta dosis dengan harapan 300 ribu dosis per hari vaksin AstraZeneca sebelum masa kedaluwarsa pengiriman batch pertama pada Mei 2021.
Dosis kedua vaksin AstraZeneca akan diberikan dengan suplai yang nantinya akan dikirimkan pada jadwal selanjutnya mengikuti interval yang telah ditentukan. Meski begitu, pemberian vaksinasi Covid-19 menggunakan AstraZeneca masih menunggu BPOM dan Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) selesai mengkaji efek samping pembekuan darah tersebut.
Bahagia dan Sehat Bareng Jovee
Jaga daya tahan tubuhmu dari paparan virus dengan mengonsumsi multivitamin daya tahan tubuh seperti Konilife Imunea (Rp115.500). Dapatkan suplemen terbaik untuk daya tahan tubuhmu serta konsultasi nutrisionis gratis hanya di pusat vitamin personal terlengkap, Jovee. Unduh juga aplikasinya untuk mengetahui rekomendasi vitamin harian sesuai kebutuhan personal kamu. Aplikasi Jovee tersedia di Google Play Store dan App Store.